ILMU BUDAYA DASAR
MANUSIA DAN
KEGELISAHAN
Rifat Anggadya
Permana
1KA16
15115954
Fakultas Ilmu
Komputer dan Teknologi Informasi
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016
Kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata “gelisah”. Gelisah artinya
rasa yang tidak tentram di hati atau merasa selalu khawatir, tidak dapat tenang
(tidurnya), tidak sabar lagi (menanti), cemas dan sebagainya. Kegelisahan
menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, artinya merasa
gelisah, khawatir, cemas atau takut dan jijik. Manusia suatu saat dalam
hidupnya akan mengalami kegelisahan. Kegelisahan yang cukup lama akan
menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia.
Kegelisahan Dibedakan Menjadi 3:
- Kegelisahan Obyektif (Kenyataan)
- Kegelisahan Neurotik (Syaraf)
- Kegelisahan Moral
Faktor Penyebab Kegelisahan
1. Cinta Diri
2. Lalai Dalam Mengingat Allah
3. Gejolak Hati
4. Rasa Takut dan Malu
5. Tidak Merasa Aman
6. Jiwa yang Lemah
BUTIR KEGELISAHAN
|
|
Goresan Pena ; Gadis Intifadha
|
|
Tak bisa kupungkiri memang,
beberapa hari ini aku terus mencoba menentramkan jiwa, menyelimuti kalbu yang
mulai tertoreh. Menutupi kegelisahan yang aku sendiri tak memahaminya. Aku
melangkah setapak, namun kalut itu masih ada. Kembali ku gelengkan kepala,
berharap bayangan yang tak berwujud itu segera hilang meninggalkan diriku.
Aku menjerit pelan " Pergilah, aku mohon..." . Terasa ruang ini
begitu sempit. Padahal sebelumnya aku sangat mencintai ruang ini, disinilah
tempatku menghilangkan jenuh hari-hariku, melepaskan gerutuan yang kudapat
dijalanan. Kini, ia tak berarti apa-apa. Seolah ada tempat lain yang lebih
nyaman bagiku, dan aku bisa tenang disana. Yup, jelas tempat itu memang ada,
Firdaus Nya. Lantas, apa saat ini detik penantian itu sudah dekat? Rabb,
hatiku memang gelisah, tapi aku tidak ingin mengahdapMu dalam kondisi seperti
ini.
Jiwaku benar-benar carut marut. Aku duduk diatas kursi kesayanganku. Dimana
aku melayang kedunia maya, disana aku terbang kemanapun yang aku inginkan, dan
disana pula tempatku menoreh banyak cerita, menyampaikan pesan hati lewat
tulisan untuk orang banyak. Kugoyangkan penaku perlahan. Tercoret tanpa arah.
Tanpa makna. Namun, bagiku coretan itu begitu menyimpan makna. Sebegitukah
keadaan hatiku saat ini? Fuih,,,aku tak menemukan ide untuk berpesta pora
dengan kata-kata indah yang biasa ku tulis. Kemudian aku bangkit, berjalan
kesana kemari. Seandainya sahabatku Rahmi ada disini seperti biasa menemani
hari-hariku, pasti ia bingung dan linglung melihatku seperti ini. Tapi
keberadaannya pasti bisa sedikit membantuku mengemban kegelisahan ini. Hari
ini ia tiada, ia sedang birrul walidain mengunjungi orang tua tercinta di
kampung halaman, dan aku tidak berhak melarangnya.
Kuhentikan langkah. Kumelihat kesekeliling. Ah, kenapa aku tidak mengaji
saja. Akhirnya aku tersenyum indah, aku tahu apa yang akan aku lakukan saat
ini. Segera aku beranjak ke kamar mandi ingin berwudhu, berusaha menentramkan
kegalauan hati. Rabb, kesejukan ini sungguh bermakna. Pujian ku hantur syahdu
untuk Nya. Kuraih Mushaf Merah marunku, yang selalu bisa membuat bibirku
basah indah dengan menghayati tiap katanya. Kumulai dengan kalimat ta'awudz
dan basmalah untuk memasuki dunia kalam Nya. Tetesan embun memenuhi ruang
jiwaku, menyejukkan jiwaku yang sedang meronta galau. Terasa begitu indah.
Air mataku mulai jatuh, bening itu jatuh begitu saja, tanpa paksaan, tanpa
rekayasa. Semakin ku memperpanjang bacaan, semakin deras ia bercucuran,
menandakan sebegitu beratnya beban hatiku saat ini. Allah aku begitu
merindukanMu. Sungguh!!!
Bingung. Lagi-lagi aku seperti ini. Aku merasa dunia saat ini sungguh tidak
bersahabat. Bagiku dunia tidak lagi ramah. Walaupun aku tak tahu kapan ia
pernah ramah. Aku bosan, bosan melihat prioritas manusia yang selalu hanya
memikirkan dunia. Walau aku tidak mungkin juga lari dari dunia. Walau aku
masih saja larut dalam aktifitas manusiawi yang tak bermakna. Itulah sebabnya
aku merasa bosan. Dunia. Wajah aneh penuh rasa. Ada kebahagiaan, kekejaman, kesadisan
dan banyak lainnya yang tak bisa kusebutkan, lebih tepatnya tak ingin
kusebutkan. Dunia. Ladang fatamorgana yang manusia tak bisa lari darinya.
Memang, tak mungkin terhindar darinya. Sebab kasat mata yang terlihat hanya
dunia saja. Ladang akhirat akan hadir setelah adanya perenungan.
Aku sepi. Aku tak mengerti apa aku benar-benar lelah
menghadapi dunia ini. Aku kembali merenungi niat yang aku miliki. Apa ia
begitu suci? Apa ia sudah lurus? Apa ia sudah layak untuk memperoleh janji
FirdausNya? Atau apa ia hanya nafsu dunia saja? Hanya tuntutan yang belum
mengenal arah. Entahlah...
" Dunia memang indah, lebih indah dari hayalan
seorang putri raja dikala menanti sang pangeran. Ia kebahagiaan dan
kesenangan. Sahabatku Rini, dunia itu hanya tipuan, keindahannya hanya
sementara, ia tak menjanjikan apapun, walau kita sudah memperoleh kebahagiaan
dari padanya, namun belum pasti bisa kita bawa hingga ke akhirat. Rin,,,
sungguh aku begitu mencintai mu karena Allah, aku tahu kau seperti ini bukan
karena ketidakpercayaanmu pada janji Allah, bahkan kau lebih tau tentang itu
dari pada aku, kau sahabat yang luar biasa Rin, jangan kau biarkan dirimu
kalut dalam kegalauan seperti ini. Jika memang kau lelah, berbuatlah satu hal
yang bagimu itu lebih baik kau kerjakan saat ini sebab kau takut akan
meninggalkan semuanya. Sahabatku,,,Aku tahu siapa dirimu, ambillah ia, dan
kerjakanlah ia, jika itu adalah ahsanul amal bagimu. Jangan pedulikan
bisikan-bisikan itu, itu hanya akan membuatmu ragu untuk melangkah. Sobat,
aku percaya kau tidak akan salah pilih. Karena aku tahu berapa besarnya rasa
cinta dalam hatimu untuk Sang Rabb. Rin, aku akan kembali dalam minggu ini,
aku harap kau sabar menunggunya. Aku rindu mendengar celotehanmu, suara
tawamu, dan pujianmu itu. Ahibbak fillah....."
Aku
menangis tersedu. Allah, terima kasih Kau telah memberiku seorang sahabat
yang begitu mengerti aku. Aku begitu mencintainya Rabb. Dia yang selalu
membantuku menghapus butir kegelisahan hati, dan menguatkan kasihku pada Mu.
Pesan itu begitu panjang, ia sahabatku rela mengirimkan pesan panjang itu
lewat SMS yang pasti banyak menghabiskan layar. Namun, itu sangat bermakna
bagiku. Hatiku yakin kini. Mantap pada keputusan yang akan aku lakukan untuk
menghapus semua goyah kalbu ini. Aku khawatir, jika aku tak melakukannya, aku
akan lebih parah dari ini.
Bismillah,,Rabb terimalah niat lurus ku ini. Tak ada lain
yang kuinginkan selain ridha Mu saja. Sungguh hanya itu Allah.
Sujud takzim ku persembahkan untuk Nya. Kali ini aku merasa sujud ini begitu
berkesan. Wahai dunia dengan segala perangkatmu, aku ingin sejenak
melupakanmu, meninggalkan harapan dan bayangan serta nafsu yang selama ini
melekat di dinding jiwaku. Tak ada janji apapun yang mengikatku, selain hanya
janji dari Nya saja.
Kuhapus air mata ini. Kuharap tetesan ini menghapus khilaf yang aku lalui.
Kini, hatiku mantap sudah, melangkah maju ke Darul Hufadz, tanah impianku
selama ini. Moga saja Aku bisa menghilangkan Hubbud dunya yang ada dalam
jasadku selama ini. Allah, aku datang untuk memelihara kalam Mu, seperti yang
pernah dilakukan oleh para sahabat dulu. Faidza ‘azzamta fatawakkal
‘alalllah. Bismillah.
Cara Mengatasi Kegelisahan
- Selalu introspeksi diri, dan berpikir dampak yang akan
terjadi karena perbuatan kita
- Selalu berusaha melakukan kebaikan
- Selalu berusaha berlapang dada terhadap apa yang terjadi
pada kita
- Selalu berusaha dekat dengan Allah
Sumber: http://www.dudung.net/artikel-bebas/butir-kegelisahan--cerpen.html
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar